Padaperisai dada Burung Garuda Pancasila terdapat gambar-gambar yang melambangkan sila-sila Pancasila. Burung Garuda Pancasila beskap dan blangkon dari Jawa Tengah. Baju teluk belango dan saluak dari Sumatra Barat. Baju destar dari Riau, dan baju rompi dari Kalimantan Selatan. jenazah orang meninggal dibakar dengan upacara yang disebut
Akantetapi bagi orang Jawa, makna blangkon bukan sekedar sebagai penutup kepala. Blangkon memiliki filosofi, sekaligus merupakan simbol status bagi pemakainya. Asal Kata dan Makna Blangkon Istilah blangkon berasal dari kata ‘blangko’ , dipakai untuk merujuk pada sesuatu yang siap pakai.
Sekianpenjelasan mengenai beberapa pakaian adat Jawa Tengah beserta keterangan dan contohnya. Baju adat Jawa Tengah tersebut terdiri dari kebaya, kanigaran, basahan, jawi jangkep, batik, surjan dan beskap. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda dan terima kasih telah berkunjung di blog ini.
Terbaru30 Gambar Kartun Orang Pakai Blangkon 22 Gambar Kartun Orang Jawa Pakai Blangkon Inspirasi Spesial Download 16 Karya G Kartun Gambar Kartun Gambar. COOLER MASTER BOX R300L. Gambar Ilustrasi Baju Pengantin Indonesia Dari Pasangan Muslim Yang Memakai Masker Dalam Baju Pengantin Indonesia Pernikahan Muslim Indonesia Pasangan
Selebihnya yah ini repotnya, memasukkan ikon global warming yang 'agak' dipaksa-paksa dimasukkan biar nyambung dengan pertemuan onthel, lalu juga ikon Jogja(lagi lagi pakai gambar tugu dan si kartun kecil bapak-bapak blangkon). Akhirnya seperti itulah jadinya.
Yuk kenalan sama istilah pakaian adat Jawa Tengah berikut ini! 1. Untuk laki-laki, ada namanya pakaian Jawi Jangkep yang terdiri dari atasan hitam berpadu dengan jarik sebagai bawahan. Untuk atasan Jawi Jangkep, pakemnya berupa beskap dengan motif bunga atau sulur-sulur. Namun, kini sudah ada yang memilih beskap hitam polos dengan hiasan
. Berita Nasional Kamis, 8 Juni 2023 - 0836 WIB Jemaah haji asal Gunungkidul Yogyakarta memakai blangkon Sumber tvOne/Agus Saptono Boyolali - Sejumlah jemaah haji asal Gunungkidul, Yogyakarta, menarik perhatian di Asrama Haji Donohudan Boyolali atau Embarkasi Solo, Jawa Tengah, Rabu, 7 Juni 2023. Jemaah prianya sengaja berangkat menunaikan ibadah haji dengan mengenakan blangkon sebagai ciri khas rombongan dari informasi, blangkon merupakan penutup kepala yang terbuat dari kain batik sebagai pelengkap pakaian tradisional Jawa. Salah satu jemaah haji, Rabiyo 70, asal Gunung Kidul, Yogyakarta, mengaku berangkat haji sengaja mengenakan blangkon sebagai ciri khas rombongan dari Yogyakarta."Saya sering memakai blangkon di rumah jadi ini berangkat haji juga saya pakai agar tahu kalau dari Yogya. Selain itu juga biar jemaah dari negara lain di sana Tanah Suci tahu blangkon," ujarnya Jemaah Rabiyo berangkat haji tahun ini bersama sang istri dan masuk dalam kloter 47 SOC. Ia pun bersyukur bisa berangkat ke Tanah Suci."Alhamdulillah senang sekali bisa berangkat haji. Ini sama istri. Baru sekali ini ke Tanah Suci. Semoga mabrur," ujarnya. Halaman Selanjutnya Tak hanya Rabiyo, jemaah haji lainnya juga mengenakan blangkon, seperti halnya Kus Margana Djiwo Pawiro 73 dari kloter 45 SOC asal Bantul, Yogyakarta. Kami kirim berita paling update di pagi dan sore hari langsung ke telegram Kamu! Pssst ada quiz dan giveaway juga Topik Terkait Jemaah Haji Jemaah Haji Indonesia Haji Embarkasi Solo Yogyakarta Gunungkidul Blangkon Boyolali Jangan Lewatkan Seorang pelajar bernama Muhammad Aqil Almalya Bari 16 diduga tewas saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bela diri Sekolah Menengah Kejuruan SMK Al-Hikmah. Polda Sumatera Utara sudah menyiapkan sanksi terberat terhadap Aiptu FFB, yang diamankan petugas Unit Intel Kodim 0208/Asahan yang diduga memiliki narkoba. BMKG mencatat gempa bumi tektonik magnitudo yang terjadi di Selatan Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki dampak di sejumlah wilayah. Warga panik. Mabes Polri buka suara soal pengakuan anggota Batalyon B Pelopor Satuan Brimob Polda Riau, Bripka Andry yang menyetor uang Rp 650 juta ke komandannya berpangkat kompol. Dalam sidang sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan berhalangan hadir dengan alasan masih ada di luar negeri. Luhut memang didesak hadir oleh kubu Haris Azhar. Alasan Johan Budi usul Kepala BNPT dan BNN dijabat jenderal bintang empat karena agar lembaga itu bisa independen. Terpopuler Presiden Joko Widodo Jokowi merespons mengenai rencana putra bungsunya Kaesang Pangarep yang berencana maju dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah atau Pilkada Kota Depok. Mayat siswi tersebut, ditemukan terbungkus karung di bawah jembatan rel kereta api, di Sooko, Mojokerto. Selain dibunuh, korban diduga juga disetubuhi, oleh tersangka MA. Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan, negara wajib menagih kepada rakyat, pengusaha hingga pihak swasta jika memiliki utang. Begitupun sebaliknya. Utang negara kepada Jusuf Hamka juga telah diakui sejak masa Bambang Brodjonegoro menjadi Menteri Keuangan Menkeu pada 2014-2016 lalu. Saksi kunci Natalia Puspitasari, menyebut bahwa terdakwa penganiayaan berat terhadap David Ozora yakni Mario Dandy Satriyo dan Shane Lukas, tak punya niat membantu David. Selengkapnya VIVA Networks PT Astra Honda Motor AHM meluncurkan Honda XL750 Transalp di Indonesia. Motor baru Honda yang hadir di RI itu cocok buat orang kaya yang suka petualangan, karena dicipa Nissan GTR R35 di BlackAuto Battle 2023 berhasil memecahkan rekor. Tercatat tenaga yang disemburkan lebih besar dari Bugatti Veyron di atas mesin dynamometer. Selengkapnya Isu Terkini
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-14 234554 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7672905822416c • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Ilustrasi - Pria muda memakai blangkon. Foto Instagram/elelrumi Sleman - Pria paruh baya itu, Puji Raharjo, duduk bersila di sudut rumahnya, di Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin, 6 Januari 2020. Rambutnya yang panjang hingga ke punggung, diikat ke belakang. Jari kelingking kanannya yang mengenakan cincin batu akik, meraih kacamata berframe kotak, memasangnya kemudian memulai kegiatan membuat lagu lawas terdengar lirih, mengiringi lincah tangannya yang menyiapkan peralatan. Puji menganbil satu mal untuk membuat blangkon, bentuknya seperti ujung kapsul. Sebatang sikat gigi bekas yang sudah dicelupkan ke dalam lem kanji, dioleskan ke seluruh permukaan mal berukuran 58 di hadapannya. Jari manis sebelah kanannya mengenakan semacam pelindung dari logam, untuk mencegah tusukan kemudian berdiri, meraih selembar kain batik dari beberapa lembar yang tergantung di lemari di sampingnya. Perlahan dia meletakkan kain batik merah dengan sedikit paduan hitam itu di atas mal. Setelah posisinya dinilai presisi dan simetris, Puji mengambil jarum pentul yang ditancapkan pada kain agar tidak berubah posisi, lalu dia menjahit beberapa sisi kain, sambil mengoleskan lem kertas pada bagian yang sudah bentuknya sudah sesuai dengan yang diinginkan, Puji mengambil potongan karton berbentuk segitiga, dan dipasang pada bagian depan calon blangkon, lalu mengelem dan menjahitnya agar lebih menempel. Tangan kanannya sesekali mengelus lipatan atau wiron pada blangkon, agar terlihat lebih rapi. Sementara, tangan kirinya yang memegang palu kecil dari kayu, memukul-mukul lembut pada sisi blangkon yang kali dia memutar letak mal, mengelem, dan menjahit serta menusukkan jarum pentul, hingga kain batik tadi nampak berbentuk blangkon. Kurang lebih dia membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk membuat satu blangkon berlapis seluruh proses pembuatan selesai, blangkon yang masih basah oleh lem tersebut dijemur bersama malnya. Penjemuran membutuhkan waktu sekitar satu hari, tergantung pada panas jadi pemersatu dalam identitas yang sama untuk melawan musuh yang sangat Raharjo memasang karton pada blangkon setengah jadi yang dibuatnya, di rumahnya, Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin, 6 Januari 2020. Foto Tagar/Kurniawan Eka MulyanaPesanan Pedagang Pasar dan Objek WisataPuji mengaku sudah puluhan tahun menjadi perajin blangkon. Tepatnya sejak 1993. Ia melayani pesanan dari pedagang, baik di pasar-pasar tradisional maupun pedagang di lokasi wisata. "Saya bikin pesanan untuk pedagang Pasar Beringharjo dan Pasar Klewer Solo, ada juga pedagang di tempat wisata seperti kraton, Borobudur dan Prambanan."Motif dan bentuk kain batik yang digunakan untuk membuat blangkon, berbeda dengan dengan motif dan bentuk kain batik biasa, sehingga biasanya pemesan membawa sendiri kain untuk dijadikan blangkon. Motif blangkon pun sangat beragam. Puji mengaku tidak hapal jumlah dan jenis motifnya. Apalagi, tidak jarang pemesan membawa kain dengan motif yang didesain sendiri. Biasanya mereka bekerja sama dengan pembatik, untuk mendapatkan motif yang eksklusif."Kainnya sudah ada motifnya sendiri. Motifnya banyak sekali. Kadang komunitas pesan batik yang motifnya bikinan sendiri," tuturnya sembari menyulut sebatang rokok mengembuskan asap rokok, Puji mengatakan pesanan blangkon juga tergantung lokasi pedagang. Misalnya, pedagang di sekitar Keraton Yogyakarta akan berbeda dengan pesanan Pasar Beringharjo, juga dengan abdi dalem keraton. Pedagang yang berjualan di area keraton, biasanya memesan blangkon dengan sintingan atau semacam lipatan-lipatan di sisi kanan dan kiri mempunyai beberapa warna, yang menandakan status sosial penggunanya. Makanya, jika pemesan blangkon adalah abdi dalem keraton, bisa dipastikan pemesan akan meminta warna tertentu untuk sintingannya. "Kalau abdi dalem pasti pakai sintingan, warnanya tergantung pesanan."Dalam semangat kolektivitas munculnya blangkon itu, maka individualitas tidak Raharjo memasang karton pada blangkon setengah jadi yang dibuatnya, di rumahnya, Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin, 6 Januari 2020. Foto Tagar/Kurniawan Eka MulyanaMemroduksi Beragam Jenis BlangkonDi ruangan rumah Puji, beberapa blangkon tertata rapi, tapi hampir seluruhnya merupakan blangkon khas Yogyakarta, bentuk mondolan atau tonjolannya bulat seperti telur. Meski mayoritas hasil produksinya adalah blangkon khas Yogyakarta, Puji mengaku bisa membuat blangkon khas Solo atau blangkon khas Sunda. Tapi itu hanya kalau ada pesanan."Saya bikinnya model Jogja, tapi bisa juga bikin model Solo, dan Sunda. Beda antara blangkon Jogja dan solo adalah mondolannya. Kalau Jogja bunder, kalau Solo gepeng," kata yang digunakan untuk membuat blangkon pun berbeda, meski blangkon yang diproduksi sama-sama merupakan blangkon khas Yogyakarta. Puji membuatnya sesuai pangsa pasar pedagang. Ia membedakannya menjadi blangkon halus dan blangkon blangkon biasa, bahan yang digunakan hanya kertas karton dan kain batik khusus blangkon. Untuk mondolan blangkon biasa, Puji menggunakan kain perca atau serbuk kayu sisa penggergajian. Bentuk blangkon biasa lebih kaku daripada blangkon halus. Sedangkan untuk blangkon halus, dia menggunakan semacam rumput yang disebut mendong sebagai pengganti karton. "Terus untuk mondolan pakai kapas halus. Perbedaan halus dan biasa adalah kalau yang halus semua dijahit, bahan dasar tidak pakai kertas tapi pakai mendong."Waktu produksi blangkon halus dan blangkon biasa pun sangat berbeda. Untuk memroduksi satu blangkon halus, Puji membutuhkan waktu satu hari. Sedangkan untuk blangkon biasa, dia bisa menghasilkan 10 blangkon per hari. "Yang biasa lebih mudah karena cuma dilem. Ada yang pakai jahitan tapi cuma yang pokok-pokok. Sehari bisa 10 biji. Harganya selisih 3 kali lipat. Bedanya juga yang halus bisa dilipat."Proses pembuatan blangkon di Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin, 6 Januari 2020. Foto Tagar/Kurniawan Eka MulyanaSimbol Perlawanan pada PenjajahBentuk fisik blangkon Yogyakarta dan Surakarta atau Solo memang berbeda, khususnya pada mondolan. Budayawan sekaligus guru besar Universitas Negeri Malang, Prof Djoko Saryono, berpendapat, perbedaan itu memunculkan beragam tafsir ideologis dan politik identitas antardaerah pada zaman bentuk mondolan pada blangkon Yogyakarta dan Surakarta, kata dia, juga dipengaruhi kontestasi saat perpecahan kerajaan Mataram saat itu. Kontestasi tersebut dikekalkan dalam perbedaan-perbedaan. "Itu kan pecahan dari kerajaan yang sama, sehingga ada kontestasi, dan kontestasi itu dikekalkan dalam perbedaan-perbedaan, karena itulah Jogja dan Solo mondolannya beda."Kontestasi dan persaingan itu merupakan tanda adanya dinamika. Hal itu tidak bertentangan dengan watak kebudayaan Jawa, yakni pencarian harmoni, selama perbedaan itu tidak jatuh pada ekstremisme berlebihan. "Mondolan, warna dan aturan penggunaan itu merupakan bagian dari kontestasi antar daerah, mencoba mencari ciri dari wilayah setempat."Blangkon bahkan menjadi salah satu simbol perlawanan terhadap kolonial. Blangkon juga menjadi simbol kebangkitan nasionalisme. Organisasi modern pertama yang mengusung nasionalisme saat awal terbentuknya Indonesia, yaitu Budi Utomo, pun saat itu mengenakan blangkon dan pembuatan blangkon di Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin, 6 Januari 2020. Foto Tagar/Kurniawan Eka MulyanaBukan hanya Budi Utomo, pengurus atau tokoh organisasi pendidikan dan organisasi massa modern lain saat itu, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Taman Siswa, juga mengenakan blangkon. "Karena bagaimanapun, semua menghadapi musuh yang sama, kolonial Belanda. Blangkon jadi pemersatu dalam identitas yang sama untuk melawan musuh yang sangat jelas."Pada masa sekarang, blangkon juga bisa menjadi salah satu penanda, bahkan jika kita berpikir lebih politis, pembudayaan kembali blangkon, bisa menjadi salah satu strategi meredam radikalisme atau ekstremisme. Karena, biasanya bentuk penyerangan atau penyusupan, subversi ideologi itu menggunakan politik tubuh atau busana terlebih blangkon mengesankan pribumi, bagaimana pribumi mempertahankan lokalitas. Terlebih dimensi-dimensi budaya lokal Indonesia, khususnya Jawa, tidak mengenal ekstremisme, karena watak kebudayaan Jawa adalah pencarian harmoni."Konflik terbuka harus diminimalisir dan diseimbangkan menjadi harmoni. Nah, harmoni ini yang di dalam berbagai rumusan sekarang ada yang disebut moderasi, sebenarnya adalah mencapai harmoni. Jawa, apa pun itu, adalah pencarian dan pemertahanan harmoni. Nah, blangkon pun sebenarnya adalah dimensi material dari ciri pokok kebudayaan Jawa, yaitu pencarian harmoni," adanya harmoni, ekstremisme dan radikalisme yang cenderung berat ke sebelah A atau B, bisa dicarikan penyeimbang atau titik temu. Dengan kata lain, menjadi sebuah strategi kultural untuk meredam radikalisme. "Sisi lain bisa disebut pelestarian atau revitalisasi budaya material, dalam hal ini blangkon."Blangkon hasil produksi Puji Raharjo, dijemur di depan rumahnya, Pereng Kembang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Senin, 6 Januari 2020. Foto Tagar/Kurniawan Eka MulyanaSiapa Orang Jawa Pertama Memakai Blangkon?Setiap benda kultural merupakan bagian dari kebudayaan material, termasuk blangkon. Kebudayaan material kata Djoko, pasti memiliki dimensi simbolik, serta mengandung makna dan pesan tertentu. Pesan atau nilai yang menjadi milik bersama itu, bisa saja memiliki banyak versi, termasuk siapa sosok atau orang pertama yang mengenakan atau memperkenalkan blangkon muncul ketika individualitas belum berkembang. Saat itu kolektivitaslah yang berkembang. Sehingga setiap kelompok orang bisa menambah, mengurangi dan memperkaya itu. "Dalam semangat kolektivitas munculnya blangkon itu, maka individualitas tidak penting bahkan harus jadi bagian dari kolektivitas itu. Bisa saja dikatakan si ini yang pertama atau si itu, tapi itu kan versi-versi."Namun secara umum, kebudayaan Jawa yang terbakukan saat ini diyakini mulai sejak zaman Kerajaan Mataram, atau sekitar abad ke-17. "Itu rentang sejarahnya panjang. Tapi terbakukan, seperti juga kebudayaan Jawa terbakukan yang ada sekarang ini ya zaman Mataram itu, berarti sekitar abad 17."Sebagai bagian dari adat dan budaya, blangkon perlu dilestarikan, meski tidak semua yang merupakan kebudayaan lokal atau adat, patut dilestarikan. Pelestarian dan pewarisan itu harus selektif. Kedua, harus adaptif, yakni berupa perubahan kecil. Apalagi di tengah-tengah politik identitas yang saat ini menguat. "Gejala pencarian identitas-identitas yang lebih azali, maka busana seperti blangkon juga perlu direvitalisasi, konservasi, tapi juga harus dikembangkan. Misalnya bagaimana mengharapkan generasi milenial mengenal dan mengenakan blangkon." []Baca jugaRoti Buaya dalam Pernikahan Betawi, Ini SejarahnyaSejak Kapan Orang Batak Tidak Boleh Menikah Semarga? Ini Sejarahnya
FilterFashion PriaTopi PriaPakaian Adat PriaAtasan PriaMakanan & MinumanMakanan RinganFashion Anak & BayiPakaian Adat AnakMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 23rb+ produk untuk "blangkon jawa" 1 - 60 dari 23rb+UrutkanAdBLANGKON JAWA-BLANGKON SUNDA-BLANGKON MOTIF BATIK-BLANGKON 100+AdBLANGKON JOGJA LIPAT MOTIF Slemanpeci kuluk 2 rb+Adudeng Slemanstory jogloAdBLANGKON JOGJA LIPAT SPESIAL + CUCI MOTIF Slemanpeci kuluk 1 rb+Adblangkon jawa ikat Iket Totopong Sunda Udeng Tradisional x nuriel 9Sisa 7blankon jogja dewasa / blangkon 10 rbJakarta 70+Sisa 3Blangkon Solo Adat PusatBatik Bintang 250+Sisa 4Baju Setelan Surjan Lurik Dewasa + Kain jarik+Blangkon Baju Adat 5 rbKab. WonogiriGaleri 250+Blangkon Pakaian Topi Adat Pria Jawa Solo BantulJogja 500+Blangkon Jogja Mataraman Adat 1%Kab. BantulTiwi 90+
Boyolali - Ada yang unik dengan penampilan jemaah calon haji JCH Kloter 47 dari Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Biasanya, jemaah pria mengenakan peci namun mereka kompak mengenakan blangkon atau Kloter 47 telah masuk di Asrama Haji Donohudan AHD Boyolali, pagi tadi. Para jemaah laki-laki tampak mengenakan topi penutup kepala khas Jawa, yaitu blangkon. Blangkon yang dikenakan bergaya blangkon ini disebut sebagai penanda bagi jemaah Kloter 47 asal Gunungkidul tersebut. Karena di Tanah Suci akan ada jutaan umat muslim yang menunaikan ibadah haji. Maka dengan ciri khas itu diharapkan memudahkan koordinasi. "Alhamdulillah jemaah kami memang memakai blangkon, karena ini bagaimanapun kita pergi ke daerah lain, kita haji tetap memilih-milih budaya setempat Jawa untuk dibawa ke sana, tidak terpengaruh budaya-budaya asing, tapi nilai-nilai asing baik kita bawa kita kembangkan, tapi yang jelas yang pertama itu," kata Ketua Rombongan Kloter 47 Embarkasi Solo, Mukotip Salamun Suryat, kepada wartawan di Asrama Haji Donohudan, Rabu 7/6/2023.Menurutnya, penggunaan blangkon itu untuk mengangkat dan memperkenalkan budaya Jawa khususnya Jogja ke dunia. Selain itu, lanjut dia, juga sebagai identitas tersendiri yang beda dari yang berharap penggunaan blangkon itu akan mudah dalam melakukan koordinasi terhadap para jemaah. Ketika terpisah para jemaah akan mudah mengenali rombongannya karena ada ciri khas blangkon itu."Yang kedua biar ada identitas tersendiri sehingga kami mengoordinir jemaah kami dengan cepat dengan baik karena ada ciri khas blangkonnya. Blangkon ciri khas Yogyakarta," dia, ada 140 jemaah yang memakai blangkon. Penggunaan blangkon menurutnya tidak akan mengganggu aktivitas, namun malah menjadi kebanggaan tersendiri."Karena berkumpul seluruh dunia dan yang pakai blangkon hanya ciri khas daerah kami. Biar dikenali untuk koordinasi dengan cepat," memakai blangkon, seluruh jemaah baik laki-laki maupun perempuan juga mengenakan syal yang diikatkan di 47 ini dijadwalkan akan diberangkatkan langsung menuju Jeddah, Arab Saudi pada Kamis 8/6 dini hari nanti. Simak Video "Jemaah Haji Maktour Gelombang I Al-Fath Berangkat ke Tanah Suci" [GambasVideo 20detik] ahr/rih
Laporan Wartawan Tri Widodo BOYOLALI - Ada yang unik dari Jemaah Calon Haji JCH asal Gunung Kidul, Yogyakarta. Tidak seperti JCH pada umumnya yang memakai peci, mereka lebih memilih memakai blangkon. Itu terlihat di gedung Jeddah, Asrama Haji Donohudan, Kamis 8/6/2023. Diantara banyaknya JCH laki-laki yang mengenakan peci, ada JCH yang terlihat mengenakan penutup kepala khas Jawa, berupa blangkon. Ya, sejumlah JCH asal Gunungkidul, Yogyakarta ini sengaja memakai blangkon. Selain, untuk menunjukkan identitas sebagai orang Jogja, mengenakan blangkon ini juga untuk memudahkan JCH dikenali. Mukotip Salamun Suryat mengatakan sengaja memakai blangkon ini untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah suci. “Alhamdullilah jemaah kami memang memakai blangkon, karena ini bagaimana pun kita pergi ke daerah lain kita haji tetap memilih milih budaya setempat untuk dibawa kesana," jelasnya. Baca juga Info Haji 2023 Embarkasi Solo Mulai Berangkatkan Gelombang 2, Sebelum Terbang JCH Sudah Pakai Ihram Baca juga Cerita Ikem, Jemaah Calon Haji Tertua di Solo 10 Tahun Menunggu, Haji Dibiayai Anak Dia tak ingin terpengaruh dengan budaya luar dan lebih memilih mengambil nilai-nilai yang baik dari budaya luar. Selain itu, pemakaian blangkon ini juga sebagai identitas. Dengan begitu, rombonganya dengan jumlah 14 JCH bisa lebih mudah dikenali."Tidak mengganggu aktivitas, malah kebanggaan tersendiri karena berkumpul seluruh dunia dan yang pakai blangkon hanya ciri khas daerah kami. Biar dikenali untuk koordinasi dengan cepat," tambahnya. Hal senada juga diungkapkan, Kasio Suwarno. Dia pun rela membeli blangkon baru untuk dipakai ke tanah suci. "Selain bisa mencegah rambut menutup wajah saat sujud, juga sebagai identitas dan kebanggaan kami sebagai warga Jogja," pungkasnya. *
gambar orang jawa pakai blangkon