Bulanterbelah. Yawm al-Qiyāmah. Eskatologi Kristen. Teks injil. Kitab Wahyu Kitab Daniel Olivet discourse Domba dan Kambing Figur besar Yesus Dua Saksi Umum dalam eskatologi Kristen, istilah tersebut digunakan untuk mendukung kepercayaan bahwa orang mati akan hidup kembali dalam hubungannya dengan akhir zaman. FilmBulan Terbelah Di Langit Amerika ini bukanlah sebuah film yang mengangkat isuisu Islam tapi mendekatkan Islam dengan Amerika Abdullahbin Masud meriwayatkan, "Ketika Nabi hidup Bulan terbelah menjadi dua bagian dan atas hal tersebut Nab berkata, "menjadi saksilah" Volume 5, Book 58, Number 208, 210, 211 'Abdullah meriwayatkan: "Bulan terbelah (menjadi dua) ketika kami dan Nabi di Mina. Ia berkata "Menjadi saksilah" dan satu potongan itu menuju kearah gunung Disadurdari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2010 -. Baca: Ayub 1:13-22. "Kemudian Iblis pergi dari hadapan Tuhan, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya" Ayub 2:7. Akibat dari serangan Iblis semacam ini banyak orang Kristen menjadi kecewa dan akhirnya meninggalkan Tuhan. Pengambilankesimpulan bukti "bulan terbelah" hanya berdasarkan satu atau beberapa photo rille adalah sangat dangkal, dan hanya memberikan/menghasilkan bahan olok-olokan dari pihak non-muslim. Salah besar Anda, karena itu sama saja dengan para pendeta-pendeta kristen romawi kuno yang taqlid buta yang percaya penuh dengan gereja tapi bulanterbelah dua apabila beliau sedang membuat penyelidikan yang luas dalam perbandingan agama, dan salah satu orang Islam telah memberikannya satu salinan terjemahan al-Quran. Apabila beliau membuka salinan ini buat kali pertama, beliau ternampak Surah al-Qamar, dan beliau membaca ayat-ayat pada permulaan Surah itu, dan tidak percaya . Terbelahnya bulan dalam Al Qur'an dan Hadits Ada sebuah ayat di dalam al Qur'an yang menyatakan bahwa bulan [pernah/akan] terbelah ketika jaman telah mendekati kiamat. Sengaja kata pernah dan akan saya beri kurung karena ada beberapa penafsiran tentang ayat ini. Selengkapnya arti ayat tersebut adalah sebagai berikut Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. QS Al Qomar 54 1 Dalam catatan kaki dari terjemahan al Qur'an Departemen Agama RI, ditulis Yang dimaksud dengan saat di sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah suatu mukjizat Nabi Muhammad SAW. Memang ada hadits yang meriwayatkan peristiwa terbelahnya bulan di masa Nabi saw. masih di Mekah. Hal ini terjadi ketika kaum musyrikin 'menantang' Nabi untuk menunjukkan bukti kenabiannya dengan meminta membelah bulan. Berikut adalah beberapa di antaranya Terima kasih kepada seorang pembaca yang menunjukkannya Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata Bulan terbelah menjadi dua pada masa Rasulullah saw., lalu Rasulullah saw. bersabda Saksikanlah oleh kalian. Shahih Muslim Hadis riwayat Anas ra. Bahwa penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah saw. untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat tanda kenabian, maka Rasulullah saw. memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali. Shahih Muslim Hadis riwayat Ibnu Abbas ra. Sesungguhnya bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah saw.. Shahih Muslim Klaim gambar bukti bulan terbelah di internet Sejak cukup lama, telah beredar melalui internet sebuah gambar permukaan bulan yang diklaim sebagai bukti pernah terbelahnya bulan sekaligus bukti 'kebenaran' ayat di atas. Gambar aslinya dapat dilihat pada situs Badan Antariksa Amerika NASA.> Lihat Di sana terlihat sebuah ngarai semacam kanal kering besar yang lurus membentang, dan mengesankan sebuah bekas patahan atau belahan yang tersambung kembali. Tetapi, jika kita bersedia membaca lebih jauh keterangan dari NASA mengenai gambar tersebut, orang akan berpikir ulang untuk menyatakan bahwa ngarai tersebut merupakan bekas terbelahnya bulan. Beberapa fakta tentang bentukan alam di bulan tersebut Ilmuwan menyebutnya sebagai RILLE atau RIMA. Meskipun ada banyak spekulasi tentang asal muasal kejadiannya, tetapi pendapat terkuat menyatakan bahwa ia merupakan bekas kanal atau saluran lava yang keluar dari perut bulan di masa lampau. Khusus yang berbentuk lurus seperti Rille Ariadaeus ini, diduga merupakan patahan tanah yang turun di antara 2 sesar kerak bulan yang sejajar.Lihat Bagan Rille mempunyai berbagai macam bentuk. Lurus dan panjang seperti gambar di atas adalah salah satunya. Sisanya ada yang seperti aliran sungai sebagaimana di bumi Lihat. Mereka ditemukan di hampir semua titik di permukaan bulan. contoh Rille tidaklah sepanjang yang diperkirakan. Meskipun ada yang mencapai ratusan kilometer ,tetapi tidak ditemukan Rille yang mengelilingi seluruh permukaan bulan. Jika bulan pernah terbelah dua dan Rille tersebut adalah bukti bekas belahannya, tentunya kita bisa harapkan bahwa Rille tersebut membentuk garis yang mengelilingi bulan. Rille pada gambar di atas seolah membelah bulan karena sudut pengambilan gambarnya. Panjangnya hanya sekitar 300 km atau 1/36 dari km keliling permukaan bulan. lihat tampak atas Kesimpulan Jadi, tidak tepat menjadikan gambar di atas sebagai bukti bahwa bulan pernah terbelah. Bagi kita, yang mengimani Allah, ayat tersebut harus dipercayai. Ditambah lagi ada hadits shahih yang menyatakan memang demikian. Jikalau belum ada bukti yang kita inginkan, tidak seharusnya kita mengurangi keimanan. Allah Maha Kuasa untuk membelah bulan. Dan Ia pun kuasa untuk menyatukannya kembali, dengan atau tanpa bekas. Semuanya mudah bagi Allah. >> Kembali ke Mengkritisi gambar-gambar kebesaran Allah . 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID wTM2BHf_ZNglIz1F6kbA6w2iFf9n9jW5hREmdgJjMQr3dpDD9KIimA== 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID ALTjj13OzIf64sNbYucsVRUyWe6aNHor4RmOrWcrb0Rwp_nwL285Hw== Syekh Muhammad Rasyid Ridha 1865-1935, ulama besar modernis dan ahli hadits terkemuka di awal abad ke-20, menolak keabsahan hadits-hadits tentang pernah terbelahnya bulan di masa Nabi saw. hidup. Syekh Muhammad Rasyid Ridha dikenal sangat keras menolak hadits-hadits Israiliyat dan hadits-hadits dari para perawi yang biasa meriwayatkan hadits-hadits tersebut seperti Kahb al-Ahbar dan Wahb ibn-Munabbih. Rasyid Ridha bahkan dengan tegas menganggap keduanya sebagai tokoh Israiliyat yang paling jahat dan paling sengit dalam mengacaukan dan menipu kaum Muslim.[1] Rasyid Ridha juga dikenal sebagai ulama yang menolak semua mukjizat Rasulullah saw. yang hissi indrawi kecuali Al-Qur’an, kemudian menakwilkan mukjizat-mukjizat tersebut secara rasional agar dapat diterima oleh akal. Salah satu dari penakwilannya itu adalah terhadap riwayat tentang peristiwa terbelahnya bulan pada masa Rasulullah saw. Menurut para mufassir, peristiwa itu sudah diinformasikan dalam surat al-Qamar 54 ayat 1 اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ “Saat datangnya hari kiamat telah dekat, dan terbelahlah bulan.” Menurut banyak ahli tafsir, peristiwa tentang terbelahnya bulan itu sudah terjadi pada masa Rasulullah saw., tepatnya lima tahun sebelum beliau hijrah ke Madinah. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Anas bin Malik bahwa penduduk Mekkah telah meminta kepada Rasulullah saw. Agar memperlihatkan suatu mukjizat kepada mereka untuk menjadi bukti kerasulan beliau. Allah kemudian memperlihatkan kepada mereka terbelahnya bulan. Selain itu, telah pula diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud bahwa pada masa Rasulullah saw., bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah kemudian berseru, “Saksikanlah oleh kalian.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Ketika kami berada di Mina bersama Rasulullah saw., bulan terbelah dua. Sebelah berada di balik gunung dan sebelah lagi berada di depan gunung. Rasulullah saw. lalu bersabda kepada kami, Saksikanlah oleh kalian.'” Al-Bukhari dan Muslim juga telah meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas bahwa bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah saw. Di samping itu, Muslim juga telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar yang mengatakan bahwa pada masa Rasulullah saw. bulan terbelah, lalu menjadi dua bagian. Orang-orang Quraisy kemudian berkata, “Muhammad sudah menyihir mata kita.” Di antara mereka itu kemudian ada yang berucap, “Walaupun ia dapat menyihir kita, ia tidak akan dapat menyihir semua orang.” Menurut riwayat yang lain, mereka kemudian bertemu dengan kafilah yang menginformasikan bahwa mereka telah melihat peristiwa itu, namun-namun orang-orang Quraisy mendustakannya. Menurut sejumlah pakar hadits, hadits-hadits tentang terbelahnya bulan pada masa Rasulullah saw. tidak hanya termasuk hadits-hadits shahih, tetapi juga termasuk hadits-hadits mutawatir. Meskipun demikian, Syekh Rasyid Ridha tidak bisa menerima hadits-hadits tersebut, baik dilihat dari segi periwayatan isnad maupun dari segi isi atau redaksinya matan. Menurut Rasyid Ridha, apabila dilihat dari segi periwayatan, hadits-hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik dan Abdullah bin Abbas tergolong hadits mursal hadits yang terputus sanad perawinya setelah tabi’in. Dikatakan demikian, karena peristiwa terbelahnya bulan itu terjadi pada tahun kelima sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Pada waktu itu Anas berada di Madinah dan baru berusia lima tahun, sedangkan Ibnu Abbas belum lahir. Meskipun ada kemungkinan mereka berdua itu telah meriwayatkannya dari sahabat yang lebih tua daripada mereka, tidak pula suatu hal yang mustahil jika mereka telah meriwayatkannya dari tabi’in, bahkan dari Ka’b al-Ahbar yang tidak dipercaya oleh Rasyid Ridha karena banyak meriwayatkan hadits-hadits Israiliyat -MA. Kalau mereka telah meriwayatkannya bukan dari sahabat, sudah tentu hadits-hadits tersebut tidak dapat dikatakan hadits-hadits shahih, karena salah satu persyaratannya, yaitu sanadnya harus bersambung sampai kepada periwayat yang menyaksikan peristiwa terbelahnya bulan itu tidak terpenuhi.[2] Berkenaan dengan posisi Ibnu Umar, Rasyid Ridha mengatakan bahwa di dalam riwayat itu, Ibnu Umar tidak menyatakan telah menyaksikan peristiwa tersebut, tetapi hanya menceritakan bahwa bulan terlihat terbelah dua.[3] Hadits-hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud memang shahih secara isnad. Akan tetapi, jika dilihat dari segi matan-nya, hadits-hadits tersebut tidak dapat dikatakan demikian. Sebab, matan-matan yang terdapat di dalam hadits-hadits tersebut saling bertentangan. Misalnya, matan yang pertama menginformasikan bahwa peristiwa tentang terbelahnya bulan itu terjadi di Mekkah. Namun, matan yang lain menginformasikan bahwa peristiwa tersebut terjadi ketika Ibnu Mas’ud dan para sahabat yang lain sedang berada di Mina bersama Rasulullah saw. Matan-matan yang terdapat pada riwayat-riwayat yang lain begitu juga. Misalnya, matan yang pertama menginformasikan bahwa bulan telah terbelah dua, belahan yang pertama berada di atas Abu Qubays dan belahan yang kedua berada di atas Suayda. Matan yang kedua menjelaskan bahwa belahan yang pertama berada di balik gunung dan belahan yang kedua berada di depan gunung. Matan yang ketiga menerangkan bahwa belahan yang pertama berada di bukit Shafa dan belahan yang kedua berada di Marwa, dan seterusnya. Menurut kaidah yang sudah dikenal di kalangan ulama adalah apabila terdapat beberapa nash yang saling berlawanan, sedangkan upaya untuk mengkompromikannya tidak berhasil, nash-nash itu menjadi gugur.[4] Selain argumen di atas, Rasyid Ridha juga mengatakan bahwa jika hadits-hadits yang berkenaan dengan terbelahnya bulan menjadi dua bagian itu benar termasuk hadits mutawatir, pasti orang-orang di berbagai negeri dan dari berbagai bangsa banyak yang melihat dan meliput peristiwa alam yang menakjubkan itu. Di samping itu juga, jika betul peristiwa itu merupakan mukjizat yang membuktikan kebenaran Rasulullah saw. pasti para sahabat besar yang meyertai beliau , seperti Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali khulafa al-rasyidin serta orang-orang yang sudah dijamin masuk surga tidak ketinggalan pula meriwayatkan peristiwa yang langka tersebut. Namun, kenyataannya tidaklah demikian.[5] Argumen lain yang dikemukakan Rasyid Ridha adalah Allah telah menciptakan alam semesta ini beserta planet-planetnya dalam keadaan yang baik sekali, teratur rapi, tidak ada perbenturan satu sama lain, dan tidak ada kesemrawutan padanya. Allah telah menciptakan dan mengatur semuanya itu dengan sunnah-Nya yang tidak pernah mengalami pergantian dan perubahan. Karena itu, tidak perlu dipercayai berita tentang adanya suatu peristiwa alam yang telah dapat mengubah sunnatullah, kecuali jika berita itu adalah berita yang didasarkan pada nash yang qath’I, seperti berita-berita tentang mukjizat-mukjizat para rasul yang telah dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Padahal, berita tentang peristiwa terbelahnya bulan pada masa Rasulullah saw. dan munculnya matahari dari sebelah barat, di samping bertentangan dengan sistem pengaturan alam semesta, juga bertentangan dengan surat ar-Rahman 55 ayat 5 “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan” dan sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya matahari dan bulan, tidak untuk memberitahukan kematian dan kehidupan seseorang, tetapi untuk menjadi dua tanda kekuasaan Allah.” Dalam penjelasan selanjutnya, Rasyid Ridha mengatakan bahwa jika betul peristiwa terbelahnya bulan itu merupakan jawaban atas permintaan kafir Quraisy agar beliau memperlihatkan mukjizat yang menjadi bukti kerasulan beliau, tentu Allah akan menurunkan azab kepada mereka, sesuai dengan penegasan Allah di surat al-Israa 17 ayat 59 tentang azab yang diterima oleh kaum Tsamud yang telah mendustakan Rasul Allah وَمَا مَنَعَنَا اَنْ نُّرْسِلَ بِالْاٰيٰتِ اِلَّا اَنْ كَذَّبَ بِهَا الْاَوَّلُوْنَ وَاٰتَيْنَا ثَمُوْدَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوْا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالْاٰيٰتِ اِلَّا تَخْوِيْفًا “Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan Kami, kecuali karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang terdahulu. Kami telah memberikan unta betina kepada Tsamud untuk menjadi mukjizat yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberikan tanda-tanda itu, kecuali untuk menakut-nakuti.” Akan tetapi, tidak pernah diriwayatkan bahwa Allah telah menurunkan azab kepada salah seorang pun dari mereka yang telah mendustakan kerasulan Muhammad. Bahkan sebaliknya, di antara mereka itu ada yang meninggal beberapa waktu kemudian sesudah peristiwa tersebut, ada yang meninggal pada waktu perang Badar, dan ada pula yang memeluk Islam beberapa tahun kemudian setelah mendustakan beliau.[6] Meskipun argumen-argumen yang telah dikemukakan Ridha tersebut masih bisa diperdebatkan, yang jelas apabila ditinjau dari sudut sains modern, khususnya ilmu fisika dan astronomi, peristiwa bulan terbelah dua itu tidak masuk akal dan tidak mungkin terjadi. Sebab, jika planet yang dekat dengan bumi itu sedikit saja bergeser dari orbitnya, sudah menimbulkan akibat yang serius pada tatanan alam semesta dan para penghuni bumi, apalagi jika planet tersebut terbelah menjadi dua. Sesuai dengan pendiriannya tersebut, maka Ridha tidak mau menafsirkan ayat pertama surat al-Qamar, “insyaqq al-qamar” bulan sudah terbelah dengan pengertian hakiki, tetapi menafsirkan atau tepatnya menakwilkannya dengan pengertian majasi, yaitu “kebenaran sudah muncul atau jelas”. Argumen Rasyid Ridha mengambil pengertian tersebut adalah kalau kita merujuk kepada bahasa Arab seperti yang terdapat dalam berbagai kamus, lafal insyaqq bisa juga diartikan dengan “muncul”. Di dalam kitab Lisan al-Arab, kalimat “syaqq al-shubh” diartikan dengan “shubuh sudah muncul”. Di dalam hadits juga disebutkan, “falammaa saqqa al-fajr umirnaa bi iqaamat al-shalaah”, yang berarti “apabila sudah muncul terbit fajar, kita disuruh mendirikan shalat.” Kalau disebut insyaqq al-barq, maksudnya adalah cahaya kilat itu muncul memanjang dan membentang di cakrawala. Dengan pengertian itulah pula kalimat insyaqq al-qamar. Maksudnya, cahaya bulan itu telah muncul dan menyebar. Di dalam surat al-Qamar, lafaz tersebut diartikan dengan “kebenaran telah muncul dan jelas bagaikan bulan yang telah membelah kegelapan dengan munculnya malam purnama”. Menurut al-Raghib di dalam Mu’jam Mufradaat Alfazh Al-Qur’an, kalimat insyaqq al-qamar itu ada yang mengatikannya dengan bulan pernah terbelah dua pada masa Rasulullah saw, ada yang mengartikannya dengan terbelahnya bulan itu akan terjadi pada waktu hari kiamat sudah dekat, dan ada pula yang mengartikannya dengan wadhh al-amr perkara sudah jelas atau terang. Alasannya ialah bangsa Arab biasa mengibaratkan perkara yang sudah jelas dengan bulan. Namun, menurut penulis al-Taj, pengertian yang terakhir adalah pengertian yang terdekat dengan ayat, terutama apabila dilihat dari segi nash bahasa dan relevansi ayat, karena bulan yang terbelah menjadi dua bagian yang terpisah tidak termasuk pada peringatan terhadap kaum musyrik yang menjadi pokok pembicaraan surat. Hal itu juga tidak dapat dianggap bagian dari tanda-tanda hari kiamat, seperti langit terbelah dan bintang-bintang berhamburan. Dengan demikian, pengertian ayat tersebut adalah “kebenaran telah muncul atau jelas dan kejelasannya itu adalah dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.”[7] * Diambil dari buku “RASYID RIDHA, Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir al-Manar”, oleh A. Athaillah. ***** [1] Rasyid Ridha, Majalah Al-Manar, Jilid XXVII, juz ke-10, hal. 783. [2] Rasyid Ridha, Majalah Al-Manar, jld. XXX, hal. 262. [3] Rasyid Ridha, Majalah Al-Manar, jld. XXX, hal. 263. [4] Rasyid Ridha, Majalah Al-Manar, jld. XXX, hal. 264. [5] Rasyid Ridha, Majalah Al-Manar, jld. XXX, hal. 266. [6] Rasyid Ridha, Majalah Al-Manar, jld. XXX, hal. 368. [7] Rasyid Ridha, Majalah Al-Manar, jld. XXX, hal. 372-373. Kebanyakan dari kita umat Muslim merasa takjub akan keterkaitan antara Al Qur’an dan Sains, sebab banyak peristiwa dan penjelasan-penjelasan yang terdapat di dalam Al Qur’an sudah dibuktikan secara Sains atau secara ilmiah. Bahkan tidak sedikit pula para ilmuan juga mempelajari Al Qur’an guna mencari tahu kebenaran Sains. Salah satunya pembuktian mengenai terbelahnya Bulan menjadi dua. Dalam Al Qur’an sudah dijelaskan jauh-jauh hari mengenai terbelahnya Bulan sebelum para ilmuan di zaman modern ini mendapati tanda-tanda bahwa pernahnya Bulan terbelah menjadi dan hadits sahih menyebut bahwa Bulan pernah terbelah dua pada zaman Rasulullah. Terbelahnya Bulan merupakan salah satu mukjizat paling nyata untuk menguatkan kenabian Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.“Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah Bulan. Dan jika mereka orang-orang musyrik melihat suatu tanda mukjizat, mereka berpaling dan berkata Ini adalah sihir yang terus menerus’. Dan mereka mendustakan Nabi dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya,” Surah Al Qamar Ayat dalam hadis disebutkan “Dari Abdullah Berkata bahwa ‏Bulan terbelah menjadi dua bagian di zaman Rasulullah, kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda “Saksikanlah” HR. Muslim 7249.Kala bulan terbelah, kaum Kafir Makkah disebut meragukan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan meminta Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam untuk memberikan bukti. Atas izin Allah, Nabi memperlihatkan terbelahnya Bulan menjadi dua bagian yaitu satu di sisi Gunung Safa dan bagian lainya di sisi Gunung Qaikaan dan terlihat di antaranya bukit Hira, tetapi mereka Kafir Makkah malah mengingkari Mukjizat tersebut dan mengira Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam telah melakukan sihir dan tipu diingkari oleh kaum Kafir Makkah, kejadian itu tidak hanya terlihat di bagian Bumi tertentu saja, tetapi termasuk Bangsa Mesir Kuno juga melihat kejadian yang sama. Hal ini terlihat dari manuskrip Madrid dan manuskrip Bangsa Maya kuno dalam Ilmu perbintangan di mana salah satu pria dalam manuskrip tersebut terlihat menunjuk bulan yang terbelah. Bangsa Maya saat itu merupakan yang paling maju ilmu astronominya mengira bahwa ada gempa di Bulan yang mengakibatkan Bulan sisi sains sendiri, Badan Antariksa Amerika NASA telah menemukan retakan yang terlihat jelas di permukaan Bulan. Saat ini berbagai teori telah diusulkan untuk menjelaskan penyebab terjadinya retakan tersebut. NASA menyebut fenomena ini sebagai “retakan yang tersambung”. Dilain sisi para ilmuwan juga berhasil menemukan sebuah fakta ilmiah, dimana mereka menemukan dahulu kala Bulan pernah terbelah menjadi dua, kemudian menyatu kembali. Ada banyak bukti nyata di permukaan Bulan yang dapat menjelaskan hal Tom Watters dari Smithsonian National Air and Space Museum mengatakan, ada patahan pada bulan yang dinamakan Lobate Scarp. Diyakini bahwa patahan ini terjadi akibat material kerak Bulan yang saling mendorong sehingga terjadi retakan.“Jadi, itu mengindikasikan bahwa sesuatu menyebabkan Bulan untuk mengalami pengerutan atau penyusutan,” kata Tom. Peneliti percaya bahwa Bulan memiliki sejarah geologis.AHM Terdapat banyak mukjizat-mukjizat yang diingkari olehkaum musyrik disebabkan kedengkian mereka terhadap Islam. Di antaranya adalah mukjizat terbelahnya bulan yang disebutkan dalam al-Quran di zaman Rasulullah saw atau 14 abad lampau. “Telah dekat datangnya hari kiamat dan bulan telah terbelah. Dan jika mereka orang-orang musyrikin melihat suatu tanda mukjizat, mereka berpaling dan berkata Ini adalah sihir yang terus menerus’. Dan mereka mendustakan nabi dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.” QS. al-Qamar 1-3 Penemuan Ilmuwan NASA Ilmuwan NASA telah mengungkapkan bahwa di bulan terdapat celah dengan panjang beberapa ratus kilometer, kemudian mereka pun menemukan beberapa celah lain di permukaan bulan yang sampai sekarang belum diketahui penyebab retakan tersebut. Beberapa ilmuwan lain beranggapan bahwa celah tersebut bekas dari cairan lava. Hanya saja spekulasi ini sebatas teori yang tidak terbuktikan. Adanya sejumlah besar celah pada permukaan bulan, dan beberapa di antaranya menyimulasikan `retakan yang tersambung` seolah-olah kita berada di depan permukaan logam retak kemudian merapat. Ilmuwan NASA menyebut fenomena ini sebagai `rilles are still a topic of research` yang berarti fenomena celah ini masih dalam proses penelitian. Bahkan, hingga sekarang pun celah ini masih membingungkan para ilmuwan dalam menjelaskan penyebabnya. Semua teori yang mereka kemukakan jauh dari kenyataan gambar yang diperoleh oleh NASA. Para Ilmuwan NASA telah memperoleh sejumlah besar gambar dari fenomena celah di bulan yang justru membingungkan para Ilmuwan untuk menemukan penjelasan logis atau ilmiah. Ada banyak gambar yang seolah-olah menyimulasikan bekas las logam. Para peneliti kebingungan menyaksikan celah ini. Sebagian berpendapat bahwa pada jutaan tahun lalu, terdapat cairan lava di permukaan bulan yang meninggalkan bekas celah tersebut. Tetapi anggapan itu segera terbantahkan. Bekas lava yang terdapat di permukaan bulan sangat jauh berbeda dengan bekas lava di bumi. Selain itu tidak tampak bekas hancur dan ambruk pada bagian celah bulan. Celah di bulan ini memiliki sisi tajam seakan bekas retakan. Pada umumnya lava yang terdapat pada gunung berapi sama dengan lava di celah retakan kerak bumi. Akan tetapi terdapat perbedaan mendasar antara celah bumi dan bulan, yaitu bentuk celah bulan tampak halus dan lunak seakan terbentuk dengan terampil. Jadi, kesimpulan dari permasalahan ilmiah ini bahwa terdapat berbagai mukjizat yang tidak dapat ditafsirkan dengan kekuatan logika maupun kemajuan sains. Yaitu mukjizat dari Allah SWT dan dikhususkan kepada para utusan-Nya, seperti mukjizat tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular dan Nabi Isa yang dapat menghidupkan orang mati. Maka, keajaiban-keajaiban seperti ini mustahil untuk ditafsirkan secara ilmiah, karena hanya dengan imanlah seseorang bisa menjustifikasikan kebenaran mukjizat itu. Allah SWT berfirman, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segala wilayah dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu.” QS. Fushshilat 53. sumber

bulan terbelah menurut kristen